Thursday, June 26, 2014

Penjelasan QS al Ghasyiyah[88] ayat 16

Bismillahirrahmaanirrahiim...
Alhamdulillah, pada kesempatan ini AsbabunNuzul Qur'an bisa kembali berbagi Hadits. Sebuah hadits yang memiliki keterkaitan dengan ayat-ayat al Qur'an, baik sebagai penjelasan, implementasi kandungan makna sebuah ayat, maupun sebagai AsbabunNuzul sebuat ayat al Qur'an. Sebelumnya, kami telah berbagi hadits Bukhari nomor 3402 yang matannya berkaitan dengan QS al Mukmin[40] ayat ayat 28. Bagi yang ingin menyegarkan kembali ingatannya mengenai tulisan sebelumnya, bisa di lihat pada link http://asbabunnuzulquran.blogspot.com/2014/06/penjelasan-qs-al-mumin40-ayat-28.html dengan judul Penjelasan QS al Mukmin[40] ayat 28 .
Pada tulisan ini, AsbabunNuzul Qur'an akan kembali berbagi mengenai Hadits yang memiliki keterkaitan dengan ayat-ayat al Qur'an. Mari kita kaji Hadits di bawah ini!
Qur'an Surat al Ghasyiyah ayat 16
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin 'Abdullah bin Numair telah bercerita kepada kami Muhammad bin Bisyir telah bercerita kepada kami 'Ubaidullah berkata, telah bercerita kepadaku Abu Bakr bin Salim dari Salim dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dalam tidurku, aku bermimpi menarik timba (mengambuil air) untuk memberi minum unta dari suatu sumur. Kemudian Abu Bakr datang lalu menarik (mengambil air) satu atau dua timba dan pada tarikannya itu ada kelemahan dan Allah mengampuninya. Kemudian 'Umar bin Al Khaththab datang lalu mengambil timba tersebut sehingga dapat mengambil air yang banyak. Aku belum pernah melihat di kalangan manusia ada orang yang berbuat saperti apa yang diperbuat olehnya lalu memberi minum unta-unta hingga manusia menjadi puas karenanya". Ibnu Jubair berkata; Al 'Abqariy artinya ladang luas yang indah". Yahya berkata az-Zaraabiyyu artinya permadani-permadani yang bersabut halus pada permukaannya yang (mabtsuutsah) terhampar sangat banyak. Dalam firman Allah Ta'ala QS Al Ghasyiyah ayat 16.

Keterangan Hadits:
Kutipan Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3406. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga terdapat dalam kitab Fathul Bari nomor 3682. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang memiliki keterkaitan dengan ayat-ayat al Qur'an. Dalam hal ini, hadits Bukhari nomor 3406 merupakan riwayat yang menjelaskan kandungan makna sebuah ayat al Qur'an, atau sebagai riwayat yang berisi mengenai gambaran implementasi kandungan makna dari QS al Ghasyiyah[88] ayat 16.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS al Mu'min[40] ayat 28

Bismillahirrahmaanirrahiim...
Alhamdulillah, pada kesempatan ini AsbabunNuzul Qur'an bisa kembali berbagi Hadits. Sebuah hadits yang memiliki keterkaitan dengan ayat-ayat al Qur'an, baik sebagai penjelasan, implementasi kandungan makna sebuah ayat, maupun sebagai AsbabunNuzul sebuat ayat al Qur'an. Sebelumnya, kami telah berbagi hadits Bukhari nomor 3379 yang matannya berkaitan dengan QS at Taubah[9] ayat 40. Bagi yang ingin menyegarkan kembali ingatannya mengenai tulisan sebelumnya, bisa di lihat pada link http://asbabunnuzulquran.blogspot.com/2014/06/penjelasan-qs-at-taubah9-ayat-40.html dengan judul Penjelasan QS at Taubah[9] ayat 40.
Pada tulisan ini, AsbabunNuzul Qur'an akan kembali berbagi mengenai Hadits yang memiliki keterkaitan dengan ayat-ayat al Qur'an. Mari kita kaji Hadits di bawah ini!
Qur'an Surat al Mu'min ayat 28
Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Yazid Al Kufiy telah bercerita kepada kami Al Walid dari Al Awza'iy dari Yahya bin Abu Katsir dari Muhammad bin Ibrahim dari 'Urwah bin Az Zubair berkata; Aku bertanya kepada 'Abdullah bin 'Amru tentang perbuatan yang paling keras yang dilakukan kaum Musyrikin kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka dia menjawab; "Aku pernah melihat 'Uqbah bin Abu Mu'ith mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau sedang shalat lalu dia meletakkan selendangnya pada leher beliau lalu dia menariknya dengan sekuat-kuatnya. Kemudian Abu Bakr datang lalu melepaskan selendang tersebut dari leher beliau seraya berkata dengan mengutip firman Allah dalam QS Ghafir ayat 28 yang arinya: ("Apakah kalian akan membunuh seseorang karena dia mengatakan Rabbku Allah?. Sungguh dia telah datang dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas dari Rabb kalian").

Keterangan Hadits:
Kutipan Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3402. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga terdapat dalam kitab Fathul Bari nomor 3678. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang memiliki keterkaitan dengan ayat-ayat al Qur'an. Dalam hal ini, hadits Bukhari nomor 3402 merupakan riwayat yang menjelaskan kandungan makna sebuah ayat al Qur'an, atau sebagai riwayat yang berisi mengenai gambaran implementasi kandungan makna dari QS al Mu'min[40] ayat 28.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS at Taubah[9] ayat 40

Bismillahirrahmaanirrahiim...
Alhamdulillah, pada kesempatan ini AsbabunNuzul Qur'an bisa kembali berbagi Hadits. Sebuah hadits yang memiliki keterkaitan dengan ayat-ayat al Qur'an, baik sebagai penjelasan, implementasi kandungan makna sebuah ayat, maupun sebagai AsbabunNuzul sebuat ayat al Qur'an. Sebelumnya, kami telah berbagi hadits Bukhari nomor 3373 yang matannya berkaitan dengan QS al Zalzalah ayat 7 dan 8. Bagi yang ingin menyegarkan kembali ingatannya mengenai tulisan sebelumnya, bisa di lihat pada link http://asbabunnuzulquran.blogspot.com/2014/06/qs-al-zalzalah99-ayat-7-dan-8.html dengan judul Penjelasan QS al Zalzalah ayat 7 dan 8.
Pada tulisan ini, AsbabunNuzul Qur'an akan kembali berbagi mengenai Hadits yang memiliki keterkaitan dengan ayat-ayat al Qur'an. Mari kita kaji Hadits di bawah ini!
Qur'an Surat at Taubah ayat 40
Telah bercerita kepada kami Abdullah bin Raja' telah bercerita kepada kami Isra'il dari Abu Ishaq dari Al Bara' berkata; " Abu Bakr membeli dari 'Azib seperangkat pelana unta dengan harga tiga belas dirham lalu Abu Bakr berkata kepada 'Azib; "Perintahanlah Al Bara' untuk membawa pelana ini kepadaku". Tapi 'Azib berkata; "Tidak, kecuali kamu mau bercerita apa yang kamu dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lakukan saat kalian berdua keluar untuk berhijrah dari Makkah sementara orang-orang musyrikin mencari-cari kalian". Abu Bakr berkata; "Baiklah. Kami berangkat dari Makkah lalu kami melalui perjalanan atau menempuh perjalanan siang dan malam hingga ketika di siang hari saat sangat panas aku mencoba mengarahkan pandanganku untuk melihat-lihat apakah ada naungan untuk tempat berteduh. Akhirnya ada sebuah batu lalu aku datangi dan aku lihat dibaliknya ada tempat untuk berteduh. Maka (kami singgah di batu tersebut) lalu aku meratakan tempat dengan tanganku sendiri dan menghamparkan tikar untuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu aku katakan kepada beliau; "Berbaringlah, wahai Nabi Allah". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berbaring lalu aku beranjak sejenak untuk mengamati keadaan sekeliling tempat itu apakah ada orang yang membuntuti kami. Ternyata aku bertemu dengan seorang anak kecil pengembala kambing yang sedang menggiring kambingnya menuju batu tersebut untuk bernaung sebagaimana yang kami lakukan. Aku bertanya kepadanya; "Milik siapakah kamu ini wahai ghulam (anak kecil)?". Anak kecil pengembala itu menjawab; "Aku ini milik seseorang dari suku Quraisy". Dia menyebutkan nama bagindanya yang aku mengenalnya. Aku bertanya lagi; "Apakah kambingmu ini menghasilkan air susu?". Anak gembala itu menjawab; "Ya". Aku tanya lagi; "Apakah kamu bersedia memeras susunya?". Anak gembala itu kembali menjawab; "Ya". Maka aku memerintahkannya lalu dia menarik seekor kambing gembalaannya dan kuperintahkan agar dia membersihkan puting susunya dari debu kemudian aku memerintahkannya untuk membersihkan telapak tangannya". Perawi (Abu Ishaq) berkata; "Aku melihat Al Bara' memukulkan salah satu telapak tangannya kepada yang lainnya untuk memberi contoh membersihkan puting. (Abu Bakr) melanjutkan; "Kemudian anak gembala itu memeras sedikit susu dan memasukkannya ke dalam sebuah gelas sedangkan aku membawa wadah kecil yang aku siapkan untuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang biasanya beliau gunakan untuk minum. Aku menuangkan (air) ke dalam susu itu agar dingin pada bagian bawahnya lalu aku beranjak menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan aku dapatkan beliau sudah terbangun lalu aku katakan; "Minumlah, wahai Rasulullah". Abu Bakr berkata; "Maka beliau meminumnya hingga aku puas". Kemudian aku bertanya; "Apakah sudah waktunya kita melanjutkan perjalanan, wahai Rasulullah?". Beliau menjawab; "Ya". Maka kami berangkat meneruskan perjalanan sementara kaum musyrikin mencari-cari kami namun tidak seorangpun dari mereka yang mendapatkan kami kecuali Suraqah bin Malik bin Ju'syam yang menunggang kudanya lalu aku berkata; "Itu orang yang mengejar kita, dia akan menangkap kita, wahai Rasulullah". Maka beliau bersabda: "Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita".

Keterangan Hadits:
Kutipan Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3379. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga terdapat dalam kitab Fathul Bari nomor 3652. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang memiliki keterkaitan dengan ayat-ayat al Qur'an. Dalam hal ini, hadits Bukhari nomor 3379 merupakan riwayat yang menjelaskan kandungan makna sebuah ayat al Qur'an, atau sebagai riwayat yang berisi mengenai gambaran implementasi kandungan makna dari QS at Taubah[9] ayat 40.
....Baca Selengkapnya

Tuesday, June 24, 2014

Penjelasan QS al An'am[6] ayat 84-90

Qur'an Surat al An'am ayat 84-90
Telah bercerita kepada kami Muhammad telah bercerita kepada kami Sahal bin Yusuf berkata aku mendengar 'Al 'Awwam dari Mujahid berkata; Aku bertanya kepada Ibnu 'Abbas; "Apakah kita perlu sujud ketika membaca surat Shad". Maka dia membaca firman Allah: ("…dan juga dari keturunannya (Nuh 'Alaihissalam) yaitu Daud dan Sulaiman…") hingga sampai pada ayat ("…maka ikutilah petenjuk mereka…"). (QS al-An'am ayat 84 - 90). Kemudian Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata; "Nabi kalian shallallahu 'alaihi wasallam adalah termasuk diantara orang yang diperintahkan untuk mengikuti petunjuk mereka".

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3168. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3421. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3168 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS al An'am[6] ayat 84-90 pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS Shad[38] ayat 35 dan QS an Naml[27] ayat 39

Qur'an Surat Shaad ayat 35
Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Bassyar telah bercerita kepada kami Muhammad binJa'far telah bercerita kepada kami Syu'bah dari Muhammad bin Ziyad dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Sesungguhnya 'Ifrit dari bangsa jin baru saja menggangguku untuk memutuskan shalatku namun Allah menjadikan aku dapat menundukkannya lalu aku tangkap dan hendak mengikatnya pada tiang diantara tiang-tiang masjid hingga tiap orang dari kalian dapat melihatnya. Namun aku teringat akan do'a saudaraku, Nabi Sulaiman 'Alaihissalam; ("Ya Rabb, anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak akan dimiliki oleh seorangpun setelah aku"). (QS. Shad ayat 35). Maka kulepaskan kembali setan itu dalam keadaan hina. Kata 'Ifrit (dalam QS surat an-Naml ayat 39) digunakan untuk setiap orang yang membangkang (durhaka), baik dari kalangan manusia maupun jin. Timbangan kata 'Ifriit seperti kata "zibniyah" yang jamaknya zabaniyah". Sedang 'Ifriit, bentuk jamaknya 'Afaariit.

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3170. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3423. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3170 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS Shad[38] ayat 35 dan QS an Naml[27] ayat 39 pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS ali 'Imran[3] ayat 36

Qur'an Surat ali Imran ayat 36
Telah bercerita kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhriy berkata telah bercerita kepadaku Sa'id bin Al Musayyab berkata; Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada seorang pun dari anak keturunan Adam yang dilahirkan kecuali dia disentuh oleh setan saat dilahirkan, maka dia akan berteriak (menangis dengan keras) karena sentuhan setan tersebut kecuali Maryam dan anaknya". Kemudian Abu Hurairah radliallahu 'anhu membaca firman Allah Ta'ala: ("…dan aku memohon perlindungan kepada-Mu, ya Allah untuknya (Maryam) dan untuk anak keturunannya dari setan yang terketuk"). (QS Ali 'Imran ayat 36).

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3177. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3431. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3177 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS ali 'Imran[3] ayat 36 pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS al Anbiya[21] ayat 104

Qur'an Surat al Anbiya ayat 104
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Yusuf telah bercerita kepada kami Sufyan dari Al Mughirah bin an-Nu'man dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam besabda: ""Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (pada hari qiyamat) dalam keadaan telanjang dan tidak dikhitan". Lalu Beliau membaca firman Allah QS al-Anbiya' ayat 104 yang artinya ("Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan yang pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti dari Kami. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya"). Dan orang yang pertama kali diberikan pakaian pada hari qiyamat adalah Nabi Ibrahim 'alaihis salam kemudian ada segolongan orang dari sahabtaku yang akan diambil dari arah kanan dan kiri lalu aku katakan: "Itu Sahabatku". Maka diberitakan kepadaku: "Sesungguhnya mereka telah menjadi murtad (keluar dari Islam) sepeninggal kamu". Aku pun hanya bisa mengatakan sebagaimana ucapan hamba yang shalih, 'Isa bin Maryam 'alaihis salam: ("Dan aku menjadi saksi atas mereka selagi aku bersama mereka. Namun setelah Engkau mewafatkan aku Engkaulah yang mengawasi mereka dan Engkau Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka maka mereka adalah hamba-hamba-Mu dan jika Engkau mengampuni mereka sungguh Engkau Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"). (QS al-Maidah ayat 117 - 118). Muhammad bin Yusuf Al Farabriy berkata: "Diceritakan dari Abu 'Abdullah dari Qabishah berkata: 'Murtaddun disini adalah orang-orang yang murtad (keluar dari Islam karena menolak membayar zakat) pada zaman (khalifah) Abu Bakr lalu Abu Bakr radliallahu 'anhu memerengi mereka".

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3191. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3447. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3191 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS al Anbiya[21] ayat 104 pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS an Nisaa'[4] ayat 159

Qur'an Surat an Nisaa' ayat 159
Telah bercerita kepada kami Ishaq telah mengabarkan kepada kami Ya'qub binIbrahim telah bercerita kepada kami bapakku dari Shalih dari Ibnu Syihab bahwa Sa'id bin Al Musayyab mendengar Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam besabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, diprediksikan segera turun kepada kalian 'Isa bin Maryam sebagai hakim yang adil, dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, membebaskan jizyah dan harta benda akan banyak tersebar sehingga tidak ada seorangpun yag mau menerima (shadaqah) hingga pada masa itu satu kali sujud lebih baik daripada dunia dan isinya". Kemudian Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; "Bacalah firman Allah jika kamu mau; ("Dan tidak ada satu pun dari Ahli Kitab kecuali pasti akan beriman kepadanya ('Isa 'alahis salam) sebelum kematiannya dan pada hari qiyamat nanti 'Isa akan menjadi saksi bagi mereka"). (QS an-Nisaa ayat 159).

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3192. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3448. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3192 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS an Nisaa'[4] ayat 159 pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS al Hujurat[49] ayat 13

Qur'an Surat al Hujurat ayat 13
Telah bercerita kepada kami Khalid bin Yazid Al Kilaniy telah bercerita kepada kami Abu Bakr dari Abu Hashin dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma menjelaskan tentang firman Allah dalam QS al-Hujurat ayat 13; "Wa ja'alnaakum syu'uubaw wa qabaa'ila lita'aarafuw" (Dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku"). Asy-Syu'ub (jama' dari asy-Sya'bu) adalah suku bangsa (yang besar) sedang al-qaba'il (jama' dari al-qabilah) adalah suku atau marga".

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3230. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3489. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3230 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS al Hujurat[49] ayat 13 pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS asy Syura[42] ayat 23

Qur'an Surat asy Syura ayat 23
Telah bercerita kepada kami Musaddad telah bercerita kepada kami Yahya dari Syu'bah telah bercerita kepadaku 'Abdul Malik dari Thawus dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma tentang firman Allah Ta'ala: "Illal mawaddatu fil qurbaa" ("Kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan") (QS. Asysyura 23), Perawi berkata; "Maka Sa'id bin Jubair berkata; "Maksudnya adalah kerabat Nabi Muhammad Shallallhu 'alaihi wa salam". Lalu (Ibnu 'Abbas) berkata; "Sesungguhnya Nabi Shallallhu 'alaihi wa salam bukanlah marga dari suku Quraisy tetapi beliau punya hubungan kekerabatan terhadap mereka, maka diturunkanlah wahyu Allah Ta'ala itu kepadanya, yaitu maksudnya kecuali kalian menyambung kekerabatan antara aku dan kalian".

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3236. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3497. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3236 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS asy Syura[42] ayat 23 pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS al An'am[6] ayat 140

Qur'an Surat al An'am ayat 140
Telah bercerita kepada kami Abu Al Nu'man telah bercerita kepada kami Abu 'Awanah dari Abu Bisyir dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata; "Jika kamu dapat bergembira dengan mengetahui kejahilan orang Arab, maka bacalah firman Allah Subhaanahu wa Ta'ala mulai dari ("Sungguh telah rugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan dan tanpa ilmu...") sampai firman-Nya ("..Sungguh mereka telah sesat dan tidak mendapat petunjuk") (QS al-An'am ayat 140).

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3262. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3524. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3262 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS al An'am[6] ayat 140 pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS an Nashr[110]

Qur'an Surat an Nashr
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin 'Ar'arah telah bercerita kepada kami Syu'bah dari Abu Bisyir dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhu berkata; 'Umar bin Al Khaththab mendekatkan Ibnu 'Abbas (mengajak duduk bersama para shahabat senior) lalu Abdurrahman bin 'Auf berkata; "Kami juga punya anak-anak seperti dia". 'Umar berkata; "Dia memiliki (keistimewaan pengetahuan) sebagaimana telah kalian ketahui sendiri". Lalu 'Umar bertanya kepada Ibnu 'Abbas tentang firman Allah Subhaanahu wa Ta'ala (QS.an-Nashr) yang artinya; ("Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan"), maka Ibnu 'Abbas menjelaskan; "Itu adalah ajal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan Allah memberi isyarat kepada beliau dengan ayat tersebut". 'Umar berkata; "Aku tidak mengetahui ayat tersebut melainkan seperti apa yang kamu ketahui".

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3355. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3627. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3355 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS an Nashr[110] pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya

QS al Zalzalah[99] ayat 7 dan 8

Qur'an Surat al Zalzalah ayat 7 dan 8
Telah bercerita kepada kami Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Zaid binAslam dari Abu Shalih as-Samman dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kuda itu ada tiga jenis. Yaitu, ada yang bagi seseorang membawa pahala, ada yang menjadi pelindung dan ada yang mendatangkan dosa. Adapun orang yang mendapatkan pahala dengan kudanya adalah orang yang menggunakan kudanya di jalan Allah, dia rawat dan pelihara kudanya di ladang hijau atau rerumputan, setiap kali tali ikatannya mengenai tanaman atau rerumputan itu maka terhitung baginya hasanah (kebaikan), dan seandainya talinya terputus lalu kuda itu lari menjauh hingga mendaki satu dua bukit maka bekas dan apa yang diinjaknya menjadi kebaikan baginya, dan seandainya kuda itu melewati sungai lalu minum dari air sungai tersebut sedang dia tidak berkehendak memberinya minum, maka baginya hasanah dan itulah pahala baginya. Yang kedua, seorang yang menjadikan kudanya untuk mencari penghasilan, solusi kehidupan dan untuk menjaga kehormatan diri namun dia tidak melupakan hak Allah pada kaki dan punggung kudanya, maka kuda itu menjadi pelindung baginya. Dan yang ketiga, seorang yang menjadikan kudanya sebagai kebanggaan, pamer dan untuk permusuhan melawan Ummat Islam maka baginya mendatangkan dosa". Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang keledai maka beliau menjawab: "Tidak ada wahyu yang diturunkan kepadaku tentang hal ini melainkan firman Allah yang mencakup manfaat yang besar", yaitu QS. Al Zalzalah ayat 7 dan 8 (yang artinya): ("Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji sawi sekalipun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar seberat biji sawi sekalipun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula").

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3373. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3646. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3373 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS al Zalzalah[99] ayat 7 dan 8 pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS al Ahzab[33] ayat 69

Qur'an Surat al Ahzab ayat 69
Telah bercerita kepadaku Ishaq bin Ibrahim telah bercerita kepada kami Rauh bin 'Ubadah telah bercerita kepada kami 'Auf dari Al Hasan, Muhammad dan Khilas dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Nabi Musa 'Alaihissalam adalah seorang pemuda yang sangat pemalu dan senantiasa badannya tertutup sehingga tidak ada satu pun dari bagian badannya yang terbuka karena sangat pemalunya. Pada suatu hari ada orang-orang dari Bani Isra'il yang mengolok-oloknya. Mereka berkata; "Sesungguhnya tidaklah dia ini menutupi tubuhnya melainkan karena kulit tubuhnya sangat jelek, bisa jadi karena menderita sakit kusta, bisul atau penyakit-penyakit lainnya". Sungguh Allah ingin membebaskan Nabi Musa dari apa yang mereka katakan terhadap Musa, sehingga pada suatu hari dia mandi sendirian dengan talanjang dan meletakkan pakaiannya di atas batu. Maka mandilah dia dan ketika telah selesai dia beranjak untuk mengambil pakaiannya namun batu itu telah melarikan pakaiannya. Maka Musa mengambil tongkatnya dan mengejar batu tersebut sambil memanggil-manggil; "Pakaianku, wahai batu. Pakaianku, wahai batu". Hingga akhirnya dia sampai ke tempat kerumunan para pembesar Bani Isra'il dan mereka melihat Musa dalam keadaan telanjang yang merupakan sebaik-baiknya ciptaan Allah. Dengan kejadian itu Allah membebaskan Musa dari apa yang mereka katakan selama ini. Akhirnya batu itu berhenti lalu Musa mengambil pakaiannya dan memakainya. Kemudian Musa memukuli batu tersebut dengan tongkatnya. Sungguh demi Allah, batu tersebut masih tampak bekas pukulan Musa, tiga, empat atau lima pukulan. Inilah di antara kisah Nabi Musa 'Alaihissalam seperti difirmankan Allah Ta'ala: ("Wahai orang-orang beriman janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang mengolok-olok (menyakiti) Musa lalu Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan") (QS al-Ahzab ayat 69).

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3152. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3404. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3152 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS al Ahzab[33] ayat 69 pada zaman Rasulullah. 

....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS al Kahfi[18] ayat 63

Qur'an Surat al Kahfi ayat 63
Telah bercerita kepada kami 'Amru bin Muhammad telah bercerita kepada kami Ya'qub bin Ibrahim berkata telah bercerita kepadaku bapakku dari Shalih dari Ibnu Syihab bahwa 'Ubaidullah bin 'Abdullah mengabarkan kepadanya dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma bahwa dia (Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma) dan Al Hurru bin Qais Al Fazariy beselisih pendapat tentang teman Nabi Musa 'Alaihissalam. Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata: "Dia adalah Khadlir". Di tengah perselisihan itu, Ubbay bin Ka'ab lewat di hadapan keduanya maka Ibnu 'Abbas memanggilnya seraya berkata; "Aku sedang berbeda pendapat dengan temanku ini tentang teman Nabi Musa 'Alaihissalam yang beliau menanyakan jalan agar bisa bertemu dengannya. Apakah anda pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan hal ini?". Ubay berkata; "Ya. Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ketika Musa 'Alaihissalam berada di tengah-tengah pembesar Bani Isra'il tiba-tiba ada seorang laki-laki yang datang lalu berkata; "Apakah kamu mengetahui ada orang yang lebih pandai darimu?." Nabi Musa menjawab; "Tidak". Kemudian Allah Ta'ala mewahyukan kepada Musa 'Alaihissalam: "Bahkan ada, yaitu Hamba Kami yang bernama Khadlir." Lalu Musa menanyakan jalan untuk dapat bertemu dengannya. Maka dijadikanlah ikan sebagai tanda dan dikatakan kepadanya: "Jika kamu kehilangan ikan itu, kembalilah karena dengan begitu kamu bertemu dengannya". Maka Musa menyusuri jejak ikan itu dari tepi laut. Kemudian muridnya berkata kepada Musa; "Tahukah kamu tatkala kita berlkindung di balik batu itu, sebenarnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu dan tidak ada yang melupakan aku untuk menceritakannya melainkan setan". Maka Musa 'Alaihissalam berkata; "Itulah tempat yang kita cari". Lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula". Akhirnya Musa bertemu dengan Khadlir. Itulah kejadian yang dialami keduanya sebagaimana Allah Ta'ala menceritakannya dalam Kitab-Nya."

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3148. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3400. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3148 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS al Kahfi[18] ayat 63 pada zaman Rasulullah. 

....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS Yusuf[12] ayat 110

Qur'an Surat Yusuf ayat 110
Telah bercerita kepada kami Yahya bin Bukair telah bercerita kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab berkata telah mengabarkan kepadaku 'Urwah bahwa dia pernah bertanya kepada 'Aisyah radliallahu 'anha, istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Bagaimana pendapat kamu tentang firman Allah dalam QS Yusuf ayat 110 yang artinya ("Sehingga apabila para Rasul itu tidak mempunyai harapan lagi -tentang keimanan kaum mereka- dan mereka berprasangka bahwa mereka telah dituduh berdusta -kudzdzibuu, huruf dzal bertasydid) atau (didustakan, kudzibuu, dzal tidak bertasydid). 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; "Bahkan yang benar adalah para rasul benar-benar telah didustakan oleh kaum mereka". Aku katakan; "Demi Allah, sungguh mereka telah yakin bahwa kaum mereka menuduh mereka berdusta, lalu apa maksud berprasangka dalam ayat itu?". 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; "Wahai 'Urwah, sungguh para Rasul telah yakin mereka akan didustakan". Aku katakan; "Semoga saja begitu. Atau mereka hanya berprasangka bahwa mereka telah didustakan?". 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; "Allah Maha Melindungi. Sungguh para Rasul tidak berprasangka kepada Rabb mereka. Ayat ini, katanya; "Adalah berkaitan dengan pengikut mereka yang ditimpa ujian dalam masa yang cukup lama, sedang pertolongan belum juga datang, sehingga ketika diantara mereka berputus asa terhadap orang yang mendustakan mereka dan jangan-jangan pengikutnya malah akan mendustakan kenabiannya, barulah datang pertolongan Allah". Abu 'Abdullah Al Bukhariy berkata; " Kata istay'asuu mengikuti pola kaliamat istaf'aluu yang berasal dari kata yaistu. Dalam Surah Yusuf laa tai'asuu mir rauhillah (janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah) maksudnya adalah agar selalu mengedepankan raja' (harapan) ".

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3137. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3389. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3137 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS Yusuf[12] ayat 110 pada zaman Rasulullah. 

....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS al Baqarah[2] ayat 260

Qur'an Surat al Baqarah ayat 260
Telah bercerita kepada kami Ahmad bin Shalih telah bercerita kepada kami Ibnu Wahb berkata telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah bin 'Abdur Rahman dari Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kami lebih patut untuk ragu dibanding Ibrahim ketika dia berkata; (Ya Rabbku, tunjukkan kepadaku bagaimana caranya Engkau menghidupkan makhluq yang sudah mati. Allah berfirman; "Apakah kamu tidak beriman (belum yakin)?" Ibrahim berkata; "Aku telah meyakininya akan tetapi untuk memantapkan hatiku"). Dan semoga Allah merahmati Nabi Luth 'Alaihissalam yang telah berlindung kepada keluarga yang kuat. Dan seandainya aku dipenjara dan mendekam didalamnya dalam masa tertentu sebagaimana Nabi Yusuf 'Alaihissalam mengalaminya tentu aku sudah bersegera memenuhi permintaan (orang yang akan membebaskan aku) ". (QS. Albaqarah 260).

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3121. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3372. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3121 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS al Baqarah[2] ayat 260 pada zaman Rasulullah. 

....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS al An'am[6] ayat 82

Qur'an Surat al An'am ayat 82
Telah bercerita kepada kami 'Umar bin Hafsh bin Ghiyats telah bercerita kepada kami bapakku telah bercerita kepada kami Al A'masy berkata telah bercerita kepadaku Ibrahim dari 'Alqamah dari 'Abdullah radliallahu 'anhu berkata; "Ketika turun QS al-An'am ayat 82 yang artinya ("Orang-orang beriman dan tidak mencampur iman mereka dengan kezhaliman…"), kami berkata; "Wahai Rasulullah, siapakah diantara kami orang yang tidak menzhalimi dirinya?". Maka Beliau bersabda: "Bukan seperti yang kalian katakan. Maksud ayat "tidak mencampurkan iman mereka dengan kezhaliman" adalah dengan kesyirikan. Tidakkah kalian mendengar ucapan Luqman kepada anaknya?, (Wahai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah karena menyekutukan Allah merupakan kezhaliman yang besar").

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3110. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3360. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3110 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS al An'am[6] ayat 82 pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS ash Shaffat[37] ayat 89 dan QS al Anbya' ayat 63

Quran Surat ash Shaffat ayat 89
Telah bercerita kepada kami Sa'id bin Talisd ar-Ru'ainiy telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb berkata telah mengabarkan kepadaku Jarir bin Hazim dari Ayyub dari Muhammad dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Nabi Ibrahim 'Alaihissalam tidak pernah berbohong kecuali tiga kali saja". Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Mahbub telah bercerita kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Muhammad dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; "Nabi Ibrahim 'Alaihissalam tidak pernah berbohong kecuali tiga kali. Dua diantaranya adalah dalam masalah dzat Allah 'azza wajalla, yaitu "inni saqiim (sesungguhnya aku ini sedang sakit) QS ash-Shaffaat ayat 89 dan firman Allah Ta'ala: "bal fa'alahum kabiiruhum haadzaa" (akan tetapi patung yang besar inilah yang melakukannya), QS al-Anbiya' ayat 63. Beliau bersabda: "Dan ketika pada suatu hari dia sedang bersama dengan Sarah, istrinya, saat beliau datang kepada seorang raja yang zhalim lalu raja tersebut diberi informasi bahwa akan ada seorang laki-laki bersama seorang wanita yang paling cantik. Maka diutuslah seseorang menemui Ibrahim lalu utusan itu bertanya kepadanya, katanya; "Siapakah wanita ini?". Ibrahim menjawab; "Dia saudara perempuanku". Lalu Sarah datang, maka Ibrahim berkata: "Wahai Sarah, tidak ada orang beriman di muka bumi ini kecuali aku dan kamu dan orang ini bertanya kepadaku lalu aku beritahu bahwa kamu adalah saudara perempuanku maka janganlah kamu mendustakan aku". Sarah pun dikirim kepada raja. Setelah Sarah menemui raja, raja itu rupanya ingin menyentuhnya dengan tangannya namun tiba-tiba tangannya lumpuh, maka Raja berkata; "Berdo'alah kepada Allah dan aku tidak akan mengganggu kamu". Maka Sarah berdo'a sehingga tangan raja bisa kembali seperti semula. Kemudian raja ingin menyentuh Sarah untuk kedua kali, namun tangannya tiba-tiba lumpuh bahkan kelumpuhannya lebih parah sehingga raja memohon; "Berdo'alah kepada Allah dan aku tidak akan mengganggumu lagi". Tangan raja pun sembuh. Kemudian raja memanggil para pembantunya seraya berkata: "Sungguh yang kalian bawa kepadaku ini bukan manusia, melainkan setan". Akhirnya Sarah dihadiahi Hajar (sebagai pelayannya). Kemudian dia pulang dan mendapatkan Ibrahim sedang shalat maka dia memberi isyarat dengan tanganya yang inti pesannya "Tunggu sebentar". Sarah berkata; "Allah telah membalikkan tipu daya orang kafir atau fajir ke tenggorokannya". Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; "Itulah ibu kalian (bangsa Arab), wahai anak keturunan air langit (air zamzam) ". (maksudnya karena air zamzam Allah Ta'ala keluarkan pertama kali untuk Hajar dan Isma'il).

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3108. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3108 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS ash Shaffat[37] ayat 89 pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS al Ma'idah[5] ayat 117-118

Qur'an Surat al Ma'idah ayat 117-118
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami Sufyan telah bercerita kepada kami Al Mughirah bin an-Nu'man berkata telah bercerita kepadaku Sa'id bin Jubair dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (pada hari qiyamat) dalam keadaan telanjang dan tidak dikhitan". Lalu Beliau membaca firman Allah QS al-Anbiya' ayat 104 yang artinya ("Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan yang pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti dari Kami. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya"). Dan orang yang pertama kali diberikan pakaian pada hari qiyamat adalah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam dan ada segolongan orang dari sahabatku yang akan diculik dari arah kiri lalu aku katakan: "Itu Sahabatku, Itu sahabatku". Maka Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya mereka menjadi murtad sepeninggal kamu". Aku katakan sebagaimana ucapan hamba yang shalih (firman Allah dalam QS al-Maidah ayat 117 - 118 yang artinya ("Dan aku menjadi saksi atas mereka selagi aku bersama mereka. Namun setelah Engkau mewafatkan aku…) hingga firman-Nya (….Engkau Maha Perkasa lagi Maha bijaksana").

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3100. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3349. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3100 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS al Ma'idah[5] ayat 117-118 pada zaman Rasulullah. 

....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS al Hajj[22] ayat 2

Qur'an Surat al Hajj ayat 2
Telah bercerita kepadaku Ishaq bin Nashr telah bercerita kepada kami Abu Usamah dari Al A'masy telah bercerita kepada kami Abu Shalih dari Abu Sa'id Al Khudriy radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: "Wahai Adam, ". Nabi Adam 'Alaihissalam menjawab: "Labbaika, kemuliaan milik-Mu dan segala kebaikan berada di tangan-Mu". Kemudian Allah berfirman: "Keluarkanlah utusan neraka". Adam bertanya; "Apa yang dimaksud dengan utusan neraka? (berapa jumlahnya?) ". Allah berfirman: "Dari setiap seribu, sembilan ratus sembilan puluh Sembilan dijebloskan neraka!, Ketika perintah ini diputuskan, maka anak-anak belia menjadi beruban, dan setiap wanita hamil kandungannya berguguran dan kamu lihat manusia mabuk padahal mereka tidaklah mabuk akan tetapi (mereka melihat) siksa Allah yang sangat keras". (QS. Alhajj 2), Para shahabat bertanya; "Wahai Rasulullah, adakah diantara kami seseorang yang selamat?". Beliau bersabda: "Bergembiralah, karena setiap seribu yang dimasukkan neraka, dari kalian cuma satu, sedang Sembilan ratus sembilan puluh sembilannya dari Ya'juj dan ma'juj". Kemudian Beliau bersabda: "Dan demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku berharap kalian menjadi di antara seperempat ahlu surga". Maka kami bertakbir. Kemudian Beliau bersabda lagi: "Aku berharap kalian menjadi di antara sepertiga ahlu surga". Maka kami bertakbir lagi. Kemudian Beliau bersabda lagi: "Aku berharap kalian menjadi di antara setengah ahlu surga". Maka kami bertakbir sekali lagi. Lalu Beliau bersabda: "Tidaklah keberadan kalian di hadapan manusia melainkan bagaikan bulu hitam pada kulit sapi jantan putih atau bagaikan bulu putih yang ada pada kulit sapi jantan hitam".

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3099. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3348. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3099 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS al Hajj[22] ayat 2 pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS al Baqarah[2] ayat 143

Qur'an Surat al Baqarah ayat 143
Telah bercerita kepada kami Musa bin Isma'il telah bercerita kepada kami 'Abdul Wahid bin Ziyad telah bercerita kepada kami Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Sa'id berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "(Pada hari qiyanat) Nabi Nuh 'alaihissalam dan ummatnya datang lalu Allah Ta'ala berfirman: "Apakah kamu telah menyampaikan (ajaran)?. Nuh 'Alaihissalam menjawab: "Sudah, wahai Rabbku". Kemudian Allah bertanya kepada ummatnya: "Apakah benar dia telah menyampaikan kepada kalian?". Mereka menjawab; "Tidak. Tidak ada seorang Nabi pun yang datang kepada kami". Lalu Allah berfirman kepada Nuh 'alaihissalam: "Siapa yang menjadi saksi atasmu?". Nabi Nuh Alaihissalam berkata; "Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan ummatnya". Maka kami pun bersaksi bahwa Nabi Nuh 'alaihissalam telah menyampaikan risalah yang diembannya kepada ummatnya. Begitulah seperti yang difirmankan Allah Yang Maha Tinggi (QS al-Baqarah ayat 143 yang artinya), ("Dan demikianlah kami telah menjadikan kalian sebagai ummat pertengahan untuk menjadi saksi atas manusia.."). al-washathu artinya al-'adl (adil).

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3091. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3339. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3091 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS al Baqarah[2] ayat 143 pada zaman Rasulullah. 

....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS al Kahfi[18] ayat 62-63

Qur'an Surat al Kahfi ayat 62-63
Telah bercerita kepada kami Al Humaidiy telah bercerita kepada kami Sufyan telah bercerita kepada kami 'Amru berkata telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Jubair berkata; Aku bertanya kepada Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma, lalu dia menjawab, telah bercerita kepada kami Ubay bin Ka'ab bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Musa Alaihissalam berkata kepada muridnya; "Hidangkanlah makanan siang kita". Muridnya berkata; ("Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi?. Sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan"). Maka Musa Alaihissalam tidak mendapatkan jatah makan hingga mereka menemukan tempat yang diperintahkan Allah Ta'ala". (Kisah dalam QS al-Kahfi ayat 62 - 63)

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3036. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3278. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3036 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS al Kahfi[18] ayat 62-63 pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS al Waqi'ah[56] ayat 30

Qur'an Surat al Waqi'ah ayat 30
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Sinan telah bercerita kepada kami Fulaih bin Sulaiman telah bercerita kepada kami Hilal bin 'Ali dari 'Abdur Rahman bin Abu 'Amrah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya di surga ada sebuah pohon yang jika bayangannya ditempuh oleh para pengendara, memerlukan waktu seratus tahun lamanya, bacalah firman Allah jika kamu mau", (QS al-Waqi'ah ayat 30) yang artinya ("Dan naungan yang terbentang luas"), dan ujung panah seseorang dari kalian di surga lebih baik daripada tempat matahari terbit atau terbenam".

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3013. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3013 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS al Waqi'ah[56] ayat 30 pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya

Penjelasan QS as Sajdah[32] ayat 17

Qur'an Surat as Sajdah ayat 17
Telah bercerita kepada kami Al Humaidiy telah bercerita kepada kami Sufyan telah bercerita kepada kami Abu Az Zanad dari Al A'raj dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah berfirman: "Aku telah menyediakan buat hamba-hamba-Ku yang shalih (kenikmatan) yang belum pernah mata melihatnya, telinga mendengarnya dan terbetik dari lubuk hati manusia". Bacalah firman-Nya jika kamu mau (QS as-Sajadah 17) yang artinya ("Tidak seorangpun yang mengetahui apa yang telah disediakan untuk mereka (kenikmatan) yang menyedapkan mata").

Keterangan Hadits:
Hadits di atas diambil kitab Shahih Bukhari dengan nomor 3005. Selain dari kitab Shahih Bukhari, hadits dengan sanad dan matan yang sama juga ada dalam kitab Fathul Bari nomor 3244. Menurut ijma ulama, hadits di atas termasuk dalam kategori hadits Shahih. Sehingga bisa dijadikan referensi yang baik untuk mengkaji makna sebuah ayat, maupun untuk digunakan dalam rangka mencari solusi atas sebuah permasalahan. Dilihat dari sisi matannya, hadits di atas termasuk hadits yang berhubungan dengan ayat-ayat al Qur’an. Dalam hal ini, hadits Shahih Bukhari nomor 3005 merupakan penejelasan atau contoh implementasi kandungan dari QS as Sajadah[32] ayat 17 pada zaman Rasulullah.
....Baca Selengkapnya